Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada hari Jumat (16/08/2019) di Pendopo Balairungsari di Kabupaten Sambas, dengan tema “Membangun Indonesia Yang Unggul dari Daerah Perbatasan”. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pemerintah Kabupaten Sambas Kalbar , AIHII dan FISIP Untan Pontianak, dengan Narasumber:
- Bupati Sambas
- Wakil Bupati Sambas
- Phil. Shiskha Prabawaningtyas (Bendahara Umum AIHII/Dosen FISIP Universitas
- Paramadina)
- Saiman Pakpahan, S.IP, M.Si (Korwil Sumatra AIHII/Dosen FISIP Universitas Riau
- Elyta, S.Sos, M.Si (Sekretaris Prodi S2 Ilmu Politik FISIP Universitas Tanjungpura)
- Tatok Djoko Sudiarto (Dosen FISIP Universitas Paramadina)
- Enny Fathurochman (Dosen FISIP Universitas Mulawarman
Kegiatan ini dimulai dengan kata sambutan dari Bupati Sambas yang mengemukakan anak anak kampung kita butuh peningkatan kualitas SDM karena kita bicara tentang ekspor impor, ada semacam upaya bersama agar ekspor impor di kelola dengan baik dan di kelola dengan sdm yang mumpuni,dan ini juga harus cepat kita lakukan sehingga ketika regulasi di tanda tangani oleh menteri kita sudah siap oleh karena itu diharapkan percepatan agar terjadi perubahan yang signifikan pada ekonomi masyarakat karena sadar atau tidak telah terjadi perdagangan antar perbatasan tapi kita ingin sesuatu yang ada aturan dan regulasi.
Lebih lanjut Elyta mengemukan bahwa kegiatan ini merupakan follow up dari kegiatan Seminar Perbatasan yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juni 2019 yang di diadakan di Aula S2 Ilmu Sosial Universitas Tanjungpura yang diselenggarakan FISIP Untan dan AIHII, yang mana salah satu Narasumbernya adalah Ibu Wakil Bupati Sambas. Tema dari FGD “ Membangun Indonesia Yang Unggul dari Daerah Perbatasan” tema ini dilatar belakangi dari semangat 17 Agustus 2019 “ Indonesia Unggul” sekaligus merujuk pada Rencana Pembangunan Nasional 2015-2019 yaitu membangun Indonesia dari Pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah perbatasan dan desa dalam kerangka Negara kesatuan. FGD merupakan wadah yang diharapkan dapat menghimpun aspirasi dari berbagai khalayak sebagai salah satu alternative metode penggumpulan data dalam bentuk diskusi yang nantinya dari Pihak-pihak Universitas yang akan membuat naskah akademik (produk kebijakan tentang perbatasan). Diharapkan dengan adanya FGD ini nantinya Pihak-pihak Universitas yang terhimpun dari AIHII dapat bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sambas sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan perbatasan di Kabupaten Sambas Khusunya dan perbatasan yang ada di Indonesia umumnya dapat melanjutkan kerjasama dalam pembahasan tentang alternatif solusi penyelesaian masalah perbatasan.
Dari para narasumber terdapat berapa statmen yang diungkapan yaitu Shiskha coba mengajak forum untuk memperhatikan formulasi kebijakan perbatasan yang mengakomodasi proses partisipasi yang bersifat bottom up, dan tidak dominan pada kebijakan perbatasan yang bersifat top-down. Selanjutnya, Shiskha pun berharap untuk mendengar perspektif lokal tentang tantangan pembangunan pariwisata berbasis maritim.
Sedangkan Tatok Djoko Sudiarto mengemukakan bahwa -(a). pengelolaan perbatasan diharapkan keterlibatan pihak-pihak yang dapat disebut sebagai triple helix ((pemerintah (pusat dan daerah baik propinsi maupun, kabupaten), masyarakat (masyarakat daerah perbatasan, masyarakat yang peduli masalah perbatasan, media massa dan kalangan akademisi), dan dunia usaha) (b). menghasilkan kebijakan yang sustainable (berkelanjutan) yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat perbatasan.
Terakhir Wakil Bupati Sambas mengatakan : Visi besar dari Presiden Republik Indonesia yaitu pembangunan perbatasan, memang sudah banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan oleh Presiden untuk memajukan wilayah perbatasan, di setiap kesempatan kami selalu menyampaikan tentang situasi terkini di daerah perbatasan baik itu pembangunan maupun yang lain-lain yang menyangkut tentang perkembangannya, saya selalu menyampaikan bahwa ketika kita bicara masalah tentang perbatasan ayo kita bawa pikiran kita sebagai wilayah perbatasan adalah wilayah dalam kategori masing-masing jadi ini adalah wilayah yang khusus dan harus dengan perhatian khusus, karena kalau kita lihat dari regulasi-regulasi yang dilahirkan itu hampir setiap kementrian itu melahirkan regulasi tentang perbatasan dan tentu saja disini andalan sektornya BNPP yaitu badan nasional pengelola perbatasan. Alhamdulillah dengan proses yang begitu panjang ini akhirnya telah terbangun PLBN Aruk, secara fisik memang megah tetapi kami juga mengharapkan lebih dari itu.
Bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 2019 bertempat di ruang VIP PLBN Aruk Sambas juga dilaksanakan diskusi oleh Shiskha Prabawaningtyas, Saiman Pakpahan, Elyta, Tatok Djoko Sudiarto, Enny Fathurochman, Koordinator Anggota Kelompok ahli Badan Nasional Pengelola Perbatasan (Dr. Ir. Max Pohan, CES, MA) dan ibu Wakil Bupati Sambas. Adapun diskusinya mengenai:
Bahwa ada kalangan epistemik perguruan tinggi yang concern masalah perbatasan
pelibatan triple helix harus dimantapkan dengan koordinasi pemimpin daerah dan BNPP
pembangunan masyarakat perbatasan berfokus pada masyarakat perbatasan dan pelibatan penuh masyarakat setempat
melibatkan dunia usaha perlu dimaksimalkan karena ketertarikan dunia usaha terhadap profil daerah perbatasan membuahkan keberlangsungan input (sumberdaya alam yang spesifik disekitar daerah perbatasan), proses industri (bisa berkolaborasi dengan masyarakat dunia usaha di seberang perbatasan), ketersediaan tenaga kerja dan pasar serta rasa memiliki (nasionalisme dunia usaha).
kebijakan pemerintah yang melibatkan dunia usaha akan meringankan beban anggaran pemerintah dalam pengelolaan daerah perbatasan
rasa berdaulat sebagai suatu bangsa diwujudkan dengan secara substantif melalui peningkatan kesejahteraan masyakat pedesaan.
Sebagai akhir dari kegiatan Tim mengikuti upacara dalam rangka peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan ke 74 di Batas Negeri (PLBN Aruk) Inspektur Upacara : DR. Ir. Max Pohan, CES, MA (Koordinator Anggota Kelompok Ahli Badan Nasional Pengelola Perbatasan). Pembaca Teks Proklamasi : Wakil Bupati Sambas, Hj. Hairiah, SH., MH.